Headlines News :
Home » » PIMPINAN GEREJA BERSUARA KARENA UMATNYA YANG TERTINDAS

PIMPINAN GEREJA BERSUARA KARENA UMATNYA YANG TERTINDAS

Written By papua peace on Rabu, 28 November 2012 | Rabu, November 28, 2012

Oleh, Kilion Wenda
Gereja hadir di masyarakat adalah kenyataan sosial karena melihat sejarah gereja tidak bisa lari dari kenyataan bahwa gereja itu berkarya di tengah-tengah masyarakat yang berbagai dalam kelompok-kelompok sosial keagamaan dan etnis serta status sosial yang berada satu dengan yang lain. Kenyataan kehidupan masyarakat kemudian mendorong komitmen dan ,keikutsertaan Gereja untuk menggumuli persoalan-persoalan yang di alami oleh warga gereja dan umat Tuhan yang terus menerus dibantai,disiksa, diperkosa, dipenjarakan, diadilih di bunuh. Sehingga gereja tidak hanya memiliki tetapi memperjuangkan visi dan umatnya yang berbeda satu dengan yang lain.  Kita membaca dalam sejarah gereja bagaimana kelompok dan pihak-pihak yang lemah menjadikan sebagai mangsa oleh kelompok yang kuat dalam pertarungan kepentingan lapangan, Lalu gereja ada dimana semua proses perkembangan umat ini ? Gereja berada di salah satu pihak dari dua kemungkinan yaitu(1) Menjadi bagian dari pihak-pihak yang menciptakan masalah-masalah tadi, gereja menjadi alat kendaraan dari pemerintah dan swasta yang menyebabkan kelumpuhan dan ketidak berdayaan tadi artinya ,melalui ajaran  gereja  umat tidak berdaya dengan menyebar paham bahwa kekuatan kekuatan tadi sebagai penyelamat.(2)  Gereja menjadi kekuatan atau wadah an untuk merubah keadaan, dan mengubah masalah menjadi kesempatan dan peluang.
Dalam kenyataan kehidupan masyarakat kemudian mendorong komitmen dan keikutsertaan gereja menggumulih persoalan-persoalan yang di alamih oleh masyarakat. Sejalan dengan hal ini maka para pimpinan gereja bisa mempelajari dari para tokoh-tokoh gereja seperti Oscar Arnolfo Romero, dari Sansalvador (Amerika Tengah),Martin Luther King dari (Amerika serikat), dan Dom Helder Camara dari (Brazil) dll mengambil langkah kongkrit dalam pergumulan manusia.
Maka peran gereja menjadi strategis mengawal panji-panji kemedekaan,kebebasan, persatuan keadilan, dan perdamaian.
Bahwa semua permasalahan itu harus dinilai secara kritis dan di letakan pada kritik firman Allah dan injil kristus. Namun pada kenyataan di tanah papua barat dalam sejarah gereja bahwa para pimpinan gereja sering  di sikapi secara negatif oleh pemerintah yang berkuasa dan masyarakat. Gereja yang kritis sering dicap sebagai pembawa bendera politik.  Namun pada kenyataan secara awam politik itu adalah usaha sadar seseorang lebih di kenal di masyarakat luas pada lembaga-lembaga sosial dalam pemerintahan seperti lembaga legislative, lembaga eksekutive, partai-partai politik,dan kelompok-kelompok kepentingan atau etnis dan agama tertentu dalam masyarakat tadu untuk, memanfaatkan sarana dan prasarana lembaga sosial dan keagamaan, menyusun sifat dan strategi, untuk mejakinkan vissi dan kepentingam kepada masyarakat sebagai kepentingan umum, mencari dukungan dari semua unsur untuk mewujutkan visinya.
Gereja sebagai benteng terakhir dan “agen” kerajaan Allah di dunia ini, tidak bisa menghindar dan lari dari masalah sosial, ekonomi, politik, agama, budaya, dan pelanggaran HAM. Gereja harus tampil terang dan garam “ kamu adalah garam dunia, kamu adalah terang dunia (Matius 5:13-14). Tugas advokasi persoalan hukum dan keadilan dan hak asasi manusia di Papua di butuhkan peran profetis agar gereja tetap setia dan konsistem dalam pembebasan dan perdamaian bagi umat Tuhan di tanah Papua
Dekade pembebasan sebagai komitmen dan janji dimana seluruh tugas dan misi gereja dibidang kesaksian menjadi bidang kasaksian yang membebaskan, bidang koinonia menjadi persekutuan dan menjadi koinonia yang membebaskan. Dari pandangan-pandangan tersebut maka timbulah pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab. Apakah gereja-gereja di Papua merekomendasikan kepada penguasa Indonesia untuk menangkap, membunuh, menyiksa, memperkosa,  mengadilih.memenjarakan, menghilangkan, umat Tuhan di atas tanah sendiri Papua Barat? Apakah dalam pelayanan misi kemanusiaan,demokrasi, keadilan, kebebasan perdamaan hak asasi manusia sebagai penerapan nilai-nilai Injil Yesus Kristus  ini di sebut sebagai urusan politik? “tidak bisa” seorang pemimpin gereja yang berlatar belakang  pendidikan sebagai Teologia yang selalu menari-nari di atas penderitaan cucuran darah dan air mata umat Tuhan di taha air ini, Pendeta model apa? ,selalu memperjuangkan untuk mendapatka kursi yang terhormat di pemerinahan.
Dalam alkitab sagat jelas mengatakan bahwa pemerintah sebagai wakil Allah  (Roma 13:1-2) “tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atas nya sebab tidak ada pemerintah yang tidak berasal dari Allah dan pemerintah-pemerintah yang ada di tetapkan oleh  Allah . sebab itu barang siapa yang melawan pemerintah ia melawan  Allah dan siapa  yang melakukan nya akan mendatangkan hukuman atas dirinya” .Dari kutipan tersebut termendorong orang  supaya mengakui pemerintah sebagai lembaga yang di angkat oleh Allah untk menciptakan tertip hidup masyarakat. Pimpinan-pimpinan gereja selalu mendukung program pemerintah karena dengan pemerintah sebagai alat Tuhan menjalin dan memelihara orang  ini Kristen dengan memberi tempat bagi masyarakat untuk berkarya dan mengembangkan diri bagi potensi-potensinya. Pada dewasa di Papua seorang hambah Tuhan mengutip ayat ini untuk membenarkan. Tetapi juga sering dipakai oleh orang penguasa Indonesia untuk menekan gereja supaya untuk mematikan peran potensinya di masyarakat. Akibatnya gereja yang kritis  terhadap dosa-dosa soaial yang dilkukan oleh pemerintah yang di sengsarakan oleh banyak orang khususnya kelompok minoritas yang disisiakn atas nama pembangunan nasional.
Sebagai seorang pemimpin gereja harus harus belajar dalam apa saja kebijakan dan ideologinya harus di terimah karena yang pemerintah itu lembaga yang di pilih Allah untuk menjamin kesehatan dan perlindungan masyarakat.
Amanat Yesus Kristus sangat jelas “pergilah” jadikanlah segalah bangsa bangsa muridku,babtislah mereka dan ajarlah  mereka untuk melakukan apa yang aku ajarkan kepada mu (matius28:18-19), mandat yang selanjudnya ialah gembalakanlah domba-dombaku, gembalakanlah domba-dombaku, gembalakanlah domba-dombaku (yohanes 21:15-19)teruama pendeta-pendeta dan gembala-gembala harus menyelidki firman dalam alkiab dari perjanjan lama sampai dengan perjanjian baru bahwa mandat Tuhan Yesus untuk menangkap,membunuh,memenjarakan, menculik, memperkosa,  mengadilih, menyiksa,uma Tuhan dengan stigma sebagai anggota OPM,GPK,GPL,dan melakukan maker,separatis ditanah air Papua barat ini telah danterus menghancurkan orang papua, martabat orang Papua,hak asasi orang Papua.
Lalu Gereja ada dimana ?. pimpinan Gereja harus memahami bahwa Yesus Kristus rela mati di kayu salib karena Umat manusia , amaat agung Yesus Kristusuntukpekaba ran injil di seluruh dunia karena kepentingan manusia, Mahatma Gandhidi (India) berbicara untuk kepentingan umat manusia, Marthin Luther King Jr di (Amerika serikat) berbicara untuk kepentingan umat manusia, Nelson Mandela di (Afrika selatan) berbicara untuk kepentingan umat manusia, Uskup Desmon Tutu di (Afrika) selatan berbicara untuk kepentingan umat manusia, Uskup Belo diTimor-Timur (Timor Leste) berbicara kepentingan manusia,Dumma Socratez Sofyan Yoman MADr Beny Giay P.hd,Ibu Pdt.Yemima Y Krey, S.Th .Pdt.Lipius Biniluk,S.Th,Pastor Jhon Djonga,dan DR Neles Tebay Pr sementara bersuara di tanah Papua juga untuk kepentingsn umat manusia lalu pimpinan gereja di papua yang lain ada dimana? Bersuara untuk siapa? Apakah penguasa atau dikuasa di negeri ini sementara umat tertindas dan terintimidasi.
Penulis adalah aktifis Ham Gereja Baptis Papua
Share this article :

0 komentar:

Apa solusi Atas konflik Papua???

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. RADAR ALAPAME NEWS - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template